Kamis, 28 September 2017

INSPIRASI HIDUP

                                                                                                               
Michael Jordan, Pebasket Ulung.

Michael Jordan, berkulit hitam, lahir pada tahun 1963, di daerah kumuh Brooklyn, New York. Ia memiliki empat orang saudara. Semenjak kecil, ia melewati kehidupannya dalam lingkungan miskin dan penuh diskriminasi, hingga ia sama sekali tidak bisa melihat harapan masa depannya.

Ketika ia berusia tiga belas tahun, ayahnya memberikan sehelai pakaian bekas seharga 1 dollar untuk dijual dengan harga 2 dollar.

Dengan hati-hati dicucinya pakaian itu hingga bersih. Karena tidak ada setrika untuk melicinkan pakaian, maka ia meratakan pakaian dengan sikat di atas papan datar, kemudian dijemur sampai kering. Keesokan harinya, dibawanya pakaian itu ke stasiun bawah tanah yang ramai, ditawarkannya hingga lebih dari enam jam. Akhirnya Jordan berhasil menjual pakaian itu 2 dollar

Setelah itu, setiap hari ia mencari pakaian bekas, lalu dirapikan kembali dan dijualnya di keramaian.

Lebih dari sepuluh hari kemudian, ayahnya kembali menyerahkan sepotong pakaian bekas kepadanya, dan Jordan diminta untuk menjual dengan harga 20 dollar. Jordan merasa ini tidak mungkin tapi bapaknya memintanya untuk mencoba.

Akhirnya, Jordan mendapatkan satu ide, ia meminta bantuan sepupunya yang belajar melukis untuk menggambarkan Donal Bebek yang lucu dan Mickey Mouse yang nakal pada pakaian itu. Lalu ia berusaha menjualnya di sebuah sekolah anak orang kaya. Tak lama kemudian seorang pengurus rumah tangga yang menjemput tuan kecilnya, membeli pakaian itu untuk tuan kecilnya. Tuan kecil itu yang berusia sepuluh tahun sangat menyukai pakaian itu, sehingga ia memberikan tip 5 dollar. Tentu saja 25 dollar adalah jumlah yang besar bagi Jordan, setara dengan satu bulan gaji dari ayahnya.

Setibanya di rumah, ayahnya memberikan pakaian bekas untuk dijual dengan harga 200 dollar.

Kali ini, Jordan menerima pakaian itu tanpa keraguan sedikit pun. Dua bulan kemudian kebetulan aktris film populer “Charlie Angels”, Farah Fawcett datang ke New York melakukan promo. Setelah konferensi pers, Jordan pun menerobos pihak keamanan untuk mencapai sisi Farah Fawcett dan meminta tanda tangannya di pakaian bekasnya. Ketika Fawcett melihat seorang anak yang polos meminta tanda tangannya, ia dengan senang hati membubuhkan tanda tangannya pada pakaian itu. Kemudian Jordan berusaha melelang pakaian tersebut dan laku seharga 1.200 dollar.


Sekembalinya ke rumah, ayahnya dengan meneteskan air mata haru berkata, “Tidak terbayangkan kalau engkau berhasil melakukannya. Anakku !  Engkau sungguh hebat !”

Malam itu, Jordan tidur bersama ayahnya. Sebelum tertidur ayahnya menanyakan apa yang dapat dipahami dari pengalaman menjual pakaian bekas.

Jordan menjawab dengan rasa haru, “Selama kita mau berpikir dengan otak, pasti ada caranya.”

Ayahnya menganggukkan kepala, kemudian menggelengkan kepala, “Yang engkau katakan tidak salah !  Tapi bukan itu maksud ayah. Ayah hanya ingin memberitahumu bahwa sehelai pakaian bekas yang bernilai satu dolar juga bisa ditingkatkan nilainya, apalagi kita sebagai manusia yang hidup.

Seketika dalam pikiran Jordan seakan ada matahari yang terbit. Bahkan sehelai pakaian bekas saja bisa ditingkatkan harkatnya, apalagi manusia.

Sejak saat itu, dalam hal apapun, Michael Jordan merasa bahwa masa depannya indah dan penuh harapan. Dia mengasah potensinya hingga akhirnya dia berhasil menjadi seorang pemain basket terhebat di dunia ini dan menjadi salah seorang atlet terkaya.

"TUHAN MEMBERIKAN KEPADA KITA MASING-MASING POTENSI BERUPA TALENTA. ADA YANG TUHAN BERIKAN LIMA, DUA DAN SATU TALENTA. TIDAK PERLU IRI ATAU MEMANDANG REMEH POTENSI ORANG LAIN. ASAH DAN KEMBANGKAN POTENSIMU".

Sekian !

Tikala Baru, 28 September 2017.

Rabu, 20 September 2017

PERLU SEORANG PELATIH


Semua PETINJU profesional memiliki PELATIH.
Bahkan, petinju LEGENDARIS sehebat MOH ALI sekalipun memiliki PELATIH.
Yaitu ANGELO DUNDEE yang membantu ALI menjadi JUARA dunia 3 kali.

Padahal jika mereka BERDUA disuruh BERTANDING sangat JELAS Angelo Dundee tidak akan pernah MENANG.

Mungkin kita ber-tanya-tanya, mengapa MOH ALI butuh PELATIH kalau JELAS dia pasti MENANG melawan pelatihnya?

KETAHUILAH...
Bahwa MOH ALI butuh PELATIH bukan karena pelatihnya lebih HEBAT tapi karena ia membutuhkan seseorang untuk MELIHAT hal-hal yang "TIDAK DAPAT DIA LIHAT SENDIRI"


Hal yang tidak dapat kita LIHAT dengan MATA sendiri itu yang disebut : "BLIND SPOT" atau "TITIK BUTA".

Kita hanya bisa melihat "BLIND SPOT" dengan bantuan orang lain.




Dalam HIDUP kita BUTUH seseorang untuk MENGAWAL kehidupan kita, SEKALIGUS untuk MENGINGATKAN kita seandainya PRIORITAS hidup kita mulai BERGESER.

Kita butuh orang lain YANG :
- MENASIHATI
- MENGINGATKAN
- MENEGUR
jika kita MULAI melakukan SESUATU hal yang KELIRU yang MUNGKIN tidak kita SADARI.

Kita butuh KERENDAHAN HATI untuk :
- Menerima KRITIKAN
- Menerima NASEHAT
- Menerima TEGURAN

Itulah yang justru menyelamatkan kita.

Kita bukan manusia SEMPURNA. Jadi, biarkan orang lain menjadi "MATA" kita di area 'BLIND SPOT' kita, sehingga kita bisa MELIHAT apa yang tidak BISA kita LIHAT dengan 'PANDANGAN' kita SENDIRI.

Mari kita saling nasehat- menasehati dalam KEBAIKAN dan KESABARAN.

Deo gratias !


Tikala Baru, 20 September 2017.

Selasa, 19 September 2017

KESABARAN


Seorang guru yang terkenal, telah diu
ndang untuk memberikan pencerahan.
Guru ini membawa serta seorang laki-laki yang tidak hanya bawel dan tidak bertanggung jawab, tetapi juga merupakan tukang masak yang memiliki karakter emosional meluap.


Setelah mengamatinya beberapa waktu, orang-orang mendekati sang guru dan berkata dengan penuh hormat :

"Mengapa guru begitu tenggang rasa dengan tukang masak yang tidak berguna itu. Ia kelihatannya cuma menimbulkan masalah, alih-alih membantu guru. Mengapa guru tidak pulangkan saja. Kami akan dengan senang hati melayani guru."

Sang guru tersenyum dan menjawab :
"Ah kalian tidak mengerti. Ia bukan pelayanku, tapi ia guruku."

Orang-orang kaget dan memohon penjelasan,
"Kenapa bisa begitu?"

Sang guru menjelaskan,


"Kalian lihat, perangainya yang rewel dan tidak menyenangkan itu, telah mengajariku untuk bersikap sabar dan bertenggang rasa setiap hari. Karena itulah aku menghargainya."

***********

Renungan :


Puncak pencerahan dari sebuah ajaran kebaikan, religi maupun spiritual adalah CintaNya Yang Tiada Batas.

Belas kasih adalah yang membuat pikiran orang baik tergerak atas penderitaan makhluk lain. Disebut belas kasih karena melindungi dan merangkul mereka yang menderita.


Tikala Baru, 19 September 2017.

Sabtu, 16 September 2017

SEBUAH CERITA KEHIDUPAN

KEBUN BINATANG :

Di pintu masuk, tertulis :
Tarif tiket : Rp 50.000,-/orang.

Karena beberapa lama tidak ada pengunjung, maka harga tiket diturunkan menjadi : Rp 25.000,-/orang
Namun masih tidak tidak ada juga pengunjung datang, akhirnya kembali diturunkan tarif tiket menjadi hanya : Rp 10.000,-/orang
Dan tetap tidak ada pengunjung yg mau masuk !

Akhirnya ditulislah pengumuman :
"MASUK GRATIS"

Dan tiba2 banyak orang yang berebutan masuk.
Ketika pengunjung di dalam penuh, pak Johan, si penjaga, membuka semua pintu kandang binatang buas, seperti : Singa, harimau, macan, serigala, ular, dsb. Pengunjung pun PANIK !

Kemudian pintu keluarnya ia KUNCI.
Lalu di pintu keluar itu dia tulis :
Keluar Bayar Rp 500.000,-
Kemudian BANYAK orang berebut membayar.










Inilah ironi kehidupan.

Ketika ditawarkan HIDUP SEHAT :
~ Makan yang sehat
~ Tidak merokok
~ Istirahat yang cukup
~ Olahraga, dsb
demi menjaga kesehatan sebagai upaya pencegahan penyakit, banyak orang enggan, TIDAK MAU.

Tapi kalau sudah masuk Rumah Sakit, berapapun mahal biayanya PASTI dibayar asal bisa sembuh, sekalipun harus jual asset dan berhutang.
Semoga terinspirasi dari cerita ini.

Mari hidup sehat, ikuti petunjuk dokter, dengar apa kata mereka yang pernah merasakan.

Mens sana in corpore sano !

Pangolombian - Kota Tomohon, 16 September 2017.

Kamis, 14 September 2017

KISAH SEORANG SOPIR ANGKOT

(Kisah Nyata)

Sopir-sopir angkot di Jakarta saling menyalip berebut penumpang.

Tak jauh di depan angkot yang kutumpangi seorang ibu dan 3 anak nya berdiri di tepi jalan.

Setiap angkot yang berhenti dan berbicara dengan si ibu, langsung melaju kembali, terus terulang berkali-kali.

Saat angkot yang kutumpangi berhenti, si ibu bertanya, "Dik, lewat terminal bis ya?".

Sopir menjawab : "Ya bu".

Si ibu tak segera naik, berkata lirih :
"Tapi kami berempat tidak punya ongkos."

Sambil tersenyum, sopir itu menjawab,
"Tidak apa2 bu, naik saja.."

Si ibu tampak ragu2..

Sang sopir mengulangi perkataannya,
"Ayo bu, naik saja, tidak apa-2.."

Disaat angkot lain berlomba mencari penumpang mengejar setoran, sopir yang satu ini rela 4 kursi penumpangnya digratiskan..

Sampai di Terminal Bis, ibu ini dan 3 anaknya turun, dan mengucapkan terima kasih kepada sang sopir..

Namun di belakang ibu itu, seorang penumpang pria turun dan membayar Rp 25.000,-

Ketika Sopir akan memberi kembalian, pria itu berkata : "Untuk ongkosku dan 4 orang penumpang tadi...Teruslah jadi orang baik ya dik..", kata pria tersebut kepada sopir angkot muda itu..

Seorang Ibu yang jujur..
Seorang Sopir yang baik hati..
Seorang Penumpang yang dermawan..

Mereka saling mendukung dalam berbuat kebaikan..

Hidup ini hanya sekali dan begitu singkat, marilah kita terus berbuat baik, jangan berhenti dan jangan pernah merasa lelah untuk berbuat kebajikan..

TIDAK perlu menunggu kaya untuk melakukan kebaikan sederhana seperti ini..
Yuk kita berbuat baik..

"Credidimus Caritati", kami percaya akan Cinta-kasih Allah.

Tikala Baru, 14 September 2017.

Jumat, 01 September 2017

KISAH SEORANG DOKTER

Suatu hari, masuklah seorang wanita lanjut usia ke ruang praktek saya di sebuah Rumah Sakit. Wanita itu ditemani seorang pemuda yang usianya sekitar 30 tahun.
Saya perhatikan pemuda itu memberikan perhatian yang lebih kepada wanita tersebut dengan memegang tangannya, memperbaiki pakaiannya, dan memberikan makanan serta minuman padanya.

Setelah saya menanyainya seputar masalah kesehatan dan memintanya untuk diperiksa, saya bertanya pada pemuda itu tentang kondisi akalnya, karena saya dapati bahwa perilaku dan jawaban wanita tersebut tak sesuai dengan pertanyaan yang saya ajukan (gak nyambung).

Pemuda itu menjawab : “Dia ibu saya Dok, dan memiliki keterbelakangan mental sejak saya lahir.."
Keingintahuan saya mendorong saya untuk bertanya lagi : “Siapa yang merawatnya..?”
Ia menjawab : “Saya, Dok.."
Saya bertanya lagi : “Lalu siapa yang memandikan dan mencuci pakaiannya..?”
Ia menjawab : “Saya suruh ia masuk ke kamar mandi dan membawakan baju untuknya serta menantinya hingga ia selesai.
Saya yang melipat dan menyusun bajunya di lemari..
Saya masukkan pakaiannya yang kotor ke dalam mesin cuci dan membelikannya pakaian yang dibutuhkannya.."
Saya bertanya : "Mengapa Anda tak mencarikan untuknya pembantu..?”
Ia menjawab : "Karena ibu saya tidak bisa melakukan apa-apa dan seperti anak kecil, saya khawatir pembantu tak memperhatikannya dengan baik dan tak dapat memahaminya, sementara saya sangat paham dengan ibu saya..”
Saya terperangah dengan jawabannya dan baktinya yang begitu besar.

Saya pun bertanya : "Apakah Anda sudah beristeri..?”
Ia menjawab : “Syukur saya sudah beristeri dan punya beberapa anak..”
Saya berkomentar : “Kalau begitu berarti isteri Anda juga ikut merawat ibu Anda..?”
Ia menjawab : “Isteri saya membantu semampunya, dia yang memasak dan menyuguhkannya kepada ibu saya..
Saya telah mendatangkan pembantu untuk isteri saya agar dapat membantu pekerjaannya.. Akan tetapi saya berusaha selalu untuk makan bersama ibu saya supaya dapat mengontrol kadar gulanya.."
Saya bertanya : “Memangnya ibu Anda juga terkena penyakit gula..?"
Ia menjawab : “Ya, tapi tetap saya bersyukur atas segalanya.."
Saya semakin takjub dengan pemuda ini dan saya berusaha menahan air mata.
Saya mencuri pandang pada kuku tangan wanita itu, dan saya dapati kukunya pendek dan bersih.
Saya bertanya lagi : “Siapa yang memotong kukunya..?”
Ia menjawab : “Saya Dokter, ibu saya tak dapat melakukan apa-apa.."
Tiba-tiba sang Ibu memandang putranya dan bertanya seperti anak kecil : “Kapan engkau akan membelikan untukku kentang..?”
Ia menjawab : “Tenanglah Ibu, sebentar kita akan pergi ke kedai..”

Ibunya meloncat-loncat karena kegirangan dan berkata : “Sekarang.. sekarang..!”
Pemuda itu menoleh kepada saya dan berkata : “Demi Allah, kebahagiaan saya melihat ibu saya gembira lebih besar dari kebahagiaan saya melihat anak-anak saya gembira".
Saya sangat tersentuh dengan kata-katanya.. dan saya pun pura-pura melihat ke lembaran data ibunya.
Lalu saya bertanya lagi : “Apakah Anda punya saudara..?”
Ia menjawab : “Saya putranya semata wayang, karena ayah saya menceraikannya sebulan setelah pernikahan mereka..”
Saya bertanya : “Jadi Anda dirawat ayah..?”
Ia menjawab : “Tidak, tapi nenek yang merawat saya dan ibu saya.. Nenek telah meninggal.. semoga Tuhan merahmatinya, saat saya berusia 10 tahun..”
Saya bertanya : “Apakah ibu Anda merawat Anda saat Anda sakit, atau ingatkah Anda bahwa ibu pernah memperhatikan Anda..? Atau dia ikut bahagia atas kebahagiaan Anda, atau sedih karena kesedihan Anda..?”
.
Ia menjawab : “Dokter, sejak saya lahir ibu sudah tak mengerti apa-apa.. kasihan dia.. dan saya sudah merawatnya sejak usia saya 10 tahun..”
Saya pun menuliskan resep serta menjelaskannya..
Ia memegang tangan ibunya dan berkata : “Mari kita ke kedai..”

Lalu pemuda dan ibunya itu meninggalkan tempat praktek saya..
Saya pun segera meminta pada perawat agar keluar dari ruangan saya dengan alasan saya ingin istirahat..
Padahal sebenarnya saya tak tahan lagi menahan tangis haru..
Saya pun menangis sejadi-jadinya menumpahkan seluruh yang ada dalam hatiku..

Saya berkata dalam diri saya sendiri : “Begitu berbaktinya pemuda itu, padahal ibunya tak pernah menjadi ibu sepenuhnya..
Ia hanya mengandung dan melahirkan pemuda itu..
Ibunya tak pernah merawatnya..
Tak pernah mendekap dan membelainya penuh kasih sayang..
Tak pernah menyuapinya ketika masih kecil..
Tak pernah begadang malam..
Tak pernah mengajarinya..
Tak pernah sedih karenanya..
Tak pernah menangis untuknya..
Tak pernah tertawa melihat kelucuannya..
Tak pernah terganggu tidurnya disebabkan khawatir pada putranya.
Tak pernah.. dan tak pernah..!
Walaupun demikian.. pemuda itu berbakti sepenuhnya pada sang ibu.."

Apakah kita akan berbakti pada ibu-ibu kita yang kondisinya sehat..? Seperti bakti pemuda itu pada ibunya yang memiliki keterbelakangan mental..??

Ya Tuhan,
Ampuni kami, maafkan kesalahan dan kekhilafan kami yang telah meninggalkan bakti kami kepada orang tua kami terutama kepada ibu yang telah mengandung, merawat dan membelai kami.

Dialah yang memandikan kami dan memakaikan baju. Tapi di saat kami sudah dewasa, kami tak pernah ingat lagi dengan jasa beliau..

Selamat merenung.
Semoga bermanfaat.

Ya Tuhan,
😊✔ Muliakanlah orang yang membaca status ini
😊✔ Lapangkanlah hatinya
😊✔ Bahagiakanlah keluarganya
😊✔ Luaskan rezekinya seluas lautan
😊✔ Mudahkan segala urusannya
😊✔ Kabulkan cita-citanya
😊✔ Jauhkan dari segala Musibah
😊✔ Jauhkan dari segala Penyakit, Fitnah,Prasangka Keji, Berkata Kasar, dan Mungkar.


Semoga rahmat Tuhan selalu menolong kita.

Tikala Baru, 1 September 2017.

H A N Y A R I N D U

 Sesekali merenung, menggali kenangan tentang masa indah bersama ibu, itu perlu. Tiada yang bisa kita lakukan saat sedang merindukan seoran...