Jumat, 14 Juli 2017

LAKUKAN YANG TERBAIK TANPA PAMRIH

Sekali peristiwa, adalah seorang Profesor melakukan perjalanan dari Jogya ke
Jakarta naik pesawat.
Karena keberangkatan pesawat ditunda 1 jam beliau menunggu di salah satu lounge bandara Adisucipto dgn sekedar minum kopi.

Di depannya duduk seorang ibu sudah agak tua, memakai pakaian Jawa tradisional kain batik dan kebaya, wajahnya tampak tenang dan keibuan.

Sekedar mengisi waktu, diajaknya ibu itu ber-cakap-cakap.

"Mau pergi ke Jakarta, bu ?"

"Iya nak, hanya transit di Cengkareng terus ke Singapura". Jawab si ibu.

"Kalau boleh bertanya, ada keperluan apa ibu pergi ke Singapura ?" Sambung Prof.

"Menengok anak saya yang nomor dua, nak, istrinya melahirkan di sana terus saya diberi tiket dan diuruskan paspor melalui biro perjalanan. Jadi saya tinggal berangkat tanpa susah mengurus apa-apa", Jawab si ibu.

"Puteranya kerja dimana, bu ?", Tanya Prof lagi.

"Anak saya ini insinyur perminyakan, kerja di perusahaan minyak asing, sekarang jadi kepala kantor cabang Singapura", jawab ibu.

"Berapa anak ibu semuanya?", tanya Prof. lagi.

"Anak saya ada 4 nak, 3 laki-laki, 1 perempuan. Yang ini tadi anak nomer 2. Yang nomer 3 juga laki-laki, dosen Fakultas Ekonomi UGM, sekarang lagi ambil program doktor di Amerika. Yang bungsu perempuan jadi dokter spesialis anak. Suaminya juga dokter, ahli bedah dan dosen di universitas Airlangga Surabaya", kata si ibu.

"Kalau anak sulung ?", timpal Prof.

"Dia petani, nak, tinggal di Godean, menggarap sawah warisan almarhum bapaknya", kata si ibu.

Sang Profesor tertegun sejenak lalu dengan hati-hat bertanya lagi :

"Tentunya ibu kecewa kepada anak sulung ya bu, koq tidak sarjana seperti adik-adiknya".

"Sama sekali tidak, nak. Malahan kami sekeluarga semuanya hormat kepada dia, karena dari hasil sawahnya dia membiayai hidup kami dan menyekolahkan semua adik-adiknya sampai selesai jadi sarjana", jawab si ibu tegas.


Kembali sang Profesor merenung : "Ternyata yang penting bukan Apa atau Siapa kita, tetapi Apa yang telah kita perbuat.
Allah tidak akan menilai apa dan siapa kita tetapi apa "amal dalam ibadah" kita".


Sebuah pelajaran hidup yang mengajarkan agar kita melakukan yang terbaik tanpa berharap pujian.

Tanpa terasa air mata profesor mengalir di pipinya...
-------------------------------------------------

LAKUKAN YANG TERBAIK YANG BISA KITA LAKUKAN KARENA MANUSIA YANG MULIA BUKAN TERLETAK PADA KEDUDUKAN ATAU JABATANNYA TAPI TERLETAK PADA SEBERAPA BESAR DIA BISA BERBUAT YANG TERBAIK BAGI SESAMA.

Semoga dapat menjadi inspirasi dan mengubah pola pandang kita serta selalu rendah hati. Tuhan memberkati.


Tikala Baru, 14 Juli 2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

H A N Y A R I N D U

 Sesekali merenung, menggali kenangan tentang masa indah bersama ibu, itu perlu. Tiada yang bisa kita lakukan saat sedang merindukan seoran...