Senin, 26 Februari 2018

KISAH PADEREWSKI DAN HOOVER

Ini kisah nyata yang terjadi pada tahun 1892 di Stanford
University, Amerika Serikat.

Ada seorang mahasiswa muda berusia 18 tahun yang berjuang untuk membayar biaya kuliahnya.
Dia seorang yatim piatu, dan tidak tahu ke mana harus mendapatkan uang.

Akhirnya dia mendapat ide yang cemerlang.
Bersama seorang temannya, ia memutuskan untuk menggelar konser musik di kampus guna mengumpulkan uang untuk biaya pendidikan mereka.

Konser itu mereka adakan dengan mendatangkan Pianis besar asal Polandia, Ignacy J. Paderewski.

Manajer sang pianis meminta biaya sebesar $ 2.000 untuk konser piano.
Sebuah kesepakatan pun terjadi.
Dua anak muda itu pun mulai bekerja untuk membuat konser sukses.

Hari besar tiba.
Paderewski akan melaksanakan konser piano di Stanford University. Tapi sayangnya, si kedua mahasiswa tidak berhasil menjual tiket sesuai target. Total tiket yang terjual hanya $ 1,600.

Keduanya kecewa, mereka lalu pergi ke Paderewski dan
menjelaskan keadaan mereka.
Mereka memberikan seluruh uang $1,600, ditambah dengan cek sebesar $ 400.  Kedua mahasiswa tersebut berjanji untuk melunasi cek secepatnya.

"Tidak", kata Paderewski.  "Aku tidak dapat menerima".

Dia menyobek cek, mengembalikan uang $1,600 sambil berkata kepada kedua mahasiswa,  "Ini uang $1,600 kalian ambil. Gunakanlah untuk biaya kuliah kalian.  Aku akan mainkan konser piano tanpa perlu kalian bayar !"

Kedua mahasiswa terkejut dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

====================

Bagi Paderewski, yang dilakukannya adalah tindak kebaikan yang kecil.  Tapi jelas itu menunjukkan bahwa Paderewski seorang manusia yang besar.

Mengapa ia harus membantu kedua mahasiswa tersebut yang bahkan dia tidak kenal sama sekali.?

Kita semua juga sering menemukan situasi seperti ini dalam hidup kita.

Dan kebanyakan dari kita hanya berpikir,  "Jika saya
membantu mereka, apa yang akan terjadi padaku?"

Kalau seseorang itu benar-benar baik dan bijak, dia akan berpikir, "Jika saya tidak membantu mereka, apa yang akan terjadi dengan mereka?"

Orang-orang yang baik dan bijak tidak akan melakukannya dengan mengharapkan balasan.
Mereka melakukannya karena mereka merasa itu adalah hal yang benar yang harus dilakukan.

Sebagaimana diketahui, Paderewski kemudian menjadi Perdana Menteri Polandia.

Dia seorang pemimpin yang besar, tapi sayangnya ketika Perang Dunia I dimulai, Polandia dilanda kelaparan.
Ada lebih dari 1,5 juta orang kelaparan di negaranya, dan tidak ada uang untuk memberi makan mereka.

Paderewski tidak tahu ke mana harus berpaling untuk minta bantuan.

Dia mengulurkan tangan ke Administrasi Makanan dan Bantuan AS untuk minta bantuan.

Presiden AS saat itu, Herbert Hoover, setuju untuk membantu dan cepat dikirim berton-ton bahan makanan untuk rakyat Polandia yang kelaparan.
Akhirnya sebuah bencana dapat dihindari. Paderewski lega.

Dia memutuskan untuk pergi bertemu dengan Hoover secara pribadi guna berterima-kasih kepadanya.

Ketika Paderewski mengucapkan terima kasih kepada Hoover
atas sikap mulianya, Hoover cepat menyela dan berkata :

"Anda tidak harus berterima-kasih kepada saya, Pak Perdana Menteri. Anda mungkin sudah lupa, tetapi saya tidak akan pernah dapat melupakannya. Beberapa tahun yang lalu, anda membantu biaya kuliah dua mahasiswa muda di Stanford University. Saya adalah salah satu dari mereka...."

====================

Dunia adalah tempat yang indah.

Apa yang terjadi di sekitar kita biasanya datang dari apa yang telah kita lakukan.

Pada saat kita ada kesempatan untuk membantu sesama, JUST DO IT !!!

Jangan pernah menghitung-hitung dan mengharapkan balas budi. Kita tidak perlu tahu dari mana dan dengan cara apa balasan itu akan datang kepada kita.

Sekian, semoga menjadi inspirasi !
"CARITAS CHRISTI URGET NOS".


Tikala Baru, 26 Pebruari 2018.

Senin, 05 Februari 2018

POLA PIKIR MENENTUKAN KESUKSESAN

Di depan sebuah Taman Kanak-Kanak, seorang tukang balon sedang sibuk mengisi balon dengan gas, mengikatnya dengan seutas tali lalu mengikatnya di sepeda tempatnya berjualan. Balon itu berwarna-warni, ada yang merah, kuning, biru, hijau, dll.

Begitu banyaknya variasi warna yang ada hingga menarik perhatian anak sekolah untuk membelinya sepulang mereka dari sekolah.

Di tengah kesibukan tukang balon, datanglah seorang anak kecil yang menarik-narik celana panjang si tukang balon itu dan bertanya : “Pak, kalau yang warnanya biru bisa terbang?”

“Bisa,” jawab tukang balon sambil tetap sibuk mengikat balon-balonnya.

Tak lama, anak kecil itu bertanya lagi : “Pak, kalau yang berwarna merah bisa terbang juga?”

“Bisa,” jawab tukang balon itu kepada anak kecil itu.

Selang beberapa menit kemudian anak itu bertanya lagi : “Pak, kalau yang berwarna hitam itu juga bisa terbang?”

Saat itu juga tukang balon berhenti sejenak dengan sedikit menunduk sambil memegang bahu anak itu ia berkata : “Nak, bukan warnanya yang menentukan balon itu bisa terbang atau tidak, tapi apa yang diisikan ke dalamnya yang menentukan ia bisa terbang atau tidak".

***********

Banyak orang berpikir bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh latar belakang pendidikan, status sosial, atau bisnis yang dijalaninya. Sesungguhnya sukses itu ditentukan oleh pola pikir kita. Jika kita memiliki pola pikir yang tepat maka tindakan kitapun akan tepat dan hasilnya tentu tepat pula.
🙏🙏🙏👍

Selamat sore !


Kampus Unsrat, Kleak Manado, 5 Pebruari 2018.

Sabtu, 03 Februari 2018

MEMBASMI GENERASI HOME SERVICE

*Apa itu generasi “HOME SERVICE?”*

Generasi “HOME SERVICE” adalah generasi yang selalu minta dilayani. Ini terjadi pada anak-anak yang hidupnya selalu dilayani oleh orangtuanya atau orang yang membantunya.

Mulai dari lahir mereka sudah diurus oleh pembantu, atau yang punya kekayaan berlebih diasuh oleh Babysitter yang setiap 24 jam siap di samping sang anak. Kemana-mana anak diikuti oleh babysitter. Bahkan sampai umur 9 tahun saja ada Babysitter yang masih mengurus keperluan si anak karena orangtuanya sibuk bekerja.

Anak tidak dibiarkan mencari solusi sendiri. Contoh kecil
saja, membuka bungkus permen. Karena terbiasa ada babysitter atau pembantu rumah tangga, anak dengan mudahnya menyuruh mereka membukakan bungkusnya. Tidak mau bersusah payah berusaha lebih dulu atau mencari gunting misalnya.

Contoh lain memakai kaus kaki dan sepatu. Karena tak sabar melihat anak mencoba memakai sepatunya sendiri maka orang dewasa yang di sekitarnya buru-buru memakaikan kepada anak.

Saat anak sudah bisa makan sendiri, orangtua juga seringkali masih menyuapi karena berpikir jika tidak disuapi makannya akan lama dan malah tidak dimakan.

Padahal jika anak dibiarkan tidak makan, maka anak tidak akan pernah merasa apa namanya lapar. Dan saat lapar datang seorang anak secara otomatis akan memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

Bagaimana dia akan belajar makan sendiri jika dia tidak pernah merasakan apa itu namanya lapar?

Bagaimana dia akan belajar membuat minuman sendiri jika dengan hanya memanggil pembantu rumah tangga atau babysitter atau orangtuanya saja minuman itu akan datang sendiri kepadanya.

Ada suatu kutipan perkataan seorang Psikolog dari Stanford University, Carol Dweck, beliau menulis temuan dari eksperimennya dalam buku The New Psychology of Success, , “Hadiah terpenting dan terindah dari orangtua pada anak-anaknya adalah tantangan”.

Tapi beranikah semua orangtua memberikan hadiah itu pada anak?

Faktanya saat ini banyak orangtua yang ingin segera
menyelesaikan dan mengambil alih masalah anak, bukan memberikan tantangan.

Saat anak bertengkar dengan temannya karena berebut mainan, orangtua malah memarahi teman anaknya itu dan membela sang anak.

Ada pula yang langsung membawanya pulang dan bilang, ”udah nanti Ibu belikan mainan seperti itu yang lebih bagus dari yang punya temanmu..gak usah nangis”.

Padahal Ibu tersebut bisa mengatakan, “Oh kamu ingin mainan seperti yang punya temanmu ya?
Gak usah merebutnya sayang… kita nabung dulu ya nanti kalau uangnya sudah cukup kita akan sama-sama ke toko mainan membeli mainan yang seperti itu”.

Ada tantangan yang diberikan pada anak bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang dia inginkan maka dia harus berusaha.

Dalam keseharian Generasi “HOME SERVICE “ semua
pekerjaan rumah tangga tak pernah melibatkan anak. Saat anak membuat kamarnya berantakan langsung memanggil asisten untuk segera merapihkan kembali.

Anak menumpahkan air di lantai, di lap sendiri oleh Ibunya. Anak membuang sampah sembarangan, dibiarkan saja menunggu pembantu menyapu nanti.

Dalam hal belajar saat anak sulit belajar, orangtua telpon guru les untuk privat di rumah.

Generasi inilah yang nantinya akan melahirkan orang dewasa yang tidak bertanggungjawab.

Badannya dewasa tapi pikirannya selalu anak-anak, karena tak pernah bisa memutuskan sesuatu yang terbaik buat dirinya.
Sekolah yang carikan orangtua.
Rumah yang belikan orangtua,
Kendaraan yang belikan juga orangtua. Giliran berkeluarga yang mengasuh anak dan jadi pembantu di rumahnya juga ya si orangtuanya.
Kasian banget ya…sudah modalin banyak ternyata orangtua tipe begini hanya akan berakhir jadi pembantu di rumah anaknya sendiri.

Ajaklah anak bermain pada tujuh tahun pertama, Sekeras-kerasnya orang bekerja, makan tetap 3 x sehari, pakaian tetap sebatas tubuh, rumah tetap utk bernaung. Maka aturlah waktu seoptimal biar hidup penuh berimbang.disiplinkanlah anak pada tujuh tahun kedua dan bersahabatlah pada anak usia tujuh tahun ketiga.

Untuk anak usia 7 sd 14 tahun mulailah mendisiplinkannya., belajar mengerjakan PR sepulang sekolah, menyiapkan buku untuk esok pagi, membantu mencuci piring yang kotor, menyapu halaman rumah dll. Apabila anak umur 7 sd 14 tahun itu tidak melakukan kewajibannya maka perlu diingatkan agar dia menjadi terbiasa dan disiplin.

Untuk anak usia 14 sd 21 tahun maka orangtua perlu menolong anak untuk belajar bagaimana menggunakan waktunya, dan mengajari anak tentang skala prioritas.

Anda yang sudah menjadi orangtua pasti merasakan bagaimana seorang Ibu harus membagi waktunya yang hanya 24 jam itu untuk bisa mengelola sebuah rumah tangga. Pekerjaan yang tiada habisnya.
Karena itu sebelum anda menjadi depresi sendirian, maka libatkanlah anak anak dalam pekerjaan rumah tangga.

Faktor terpenting dalam meniadakan GENERASI “HOME SERVICE “ adalah peran ayah dalam mengerjakan perkerjaan rumah tangga.

Di Indonesia masih banyak suami yang tidak mau terlibat dalam pekerjaan rumah tangga. Seakan-akan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, menyetrika, mengepel dll itu adalah aib buat seorang suami. Padahal keikutsertaan para ayah dalam pekerjaan rumah tangga, berpengaruh positif terhadap keharmonisan keluarga.
Buat saya, suami yang mau melakukan pekerjaan rumah tangga itu lebih macho dan ganteng dari actor sekaliber Brad Pitt atau Jason Statham.

Jadi sudah siapkah keluarga anda meniadakan GENERASI “HOME SERVICE?” Yuk kita sama sama mulai dari sekarang demi kebaikan dan masa depan anak-anak kelak.
Semoga bermanfaat. Be Happy. 😊🙏🙏🙏

Terima kasih !

Tikala Baru, 3 Pebruari 2018.

SEORANG TEMAN

Bagaimana cara mencari seorang teman ?

Orang bisa bertemu, semua karena jodoh.

Orang bisa berteman, semua karena ketulusan.

Mengingat seseorang itu menyenangkan.
Diingat seseorang itu bahagia.

Ada 6 jenis karakter teman yang baik :

1. Teman yang prihatin.
Ketika Kamu lagi jatuh susah. Ia malah bisa menasehati kamu. Bantu kamu.

2. Teman yang penuh energi.
Pada waktu kamu gagal menghadapi masalah. Ia mendampingi kamu. Memberi kamu semangat.

3. Teman yang menuntun jalan.
Sukarela jadi peneliti jalan. Membawa kamu lewati jalan kubangan lumpur. Membuka jalan sesat.

4. Teman yang mau memberimu petunjuk.
Selalu perhatian dan mengingatkanmu. Selalu mengkoreksi kamu. Agar kamu segera mengetahui keadaan sendiri. Hal2 yg tidak baik.

5. Teman yang selalu ingin berargumentasi denganmu.
Selalu menjadikan kamu orang pertama yang di sodorkan. (ide-idenya)

6. Teman yang tidak pernah meninggalkanmu.
Di BBM atau WA selalu mengirim motivasi, berita, lelucon, kata-kata mutiara, dia yang bisa terus mengirimi kamu. Sebab dia memandang kamu adalah teman yang penting di dalam hatinya.

Kekayaan bukanlah teman yang ABADI.
Namun teman adalah kekayaan yang ABADI.

Teman adalah sebuah kekayaan yg luar biasa. Sebuah hadiah dari Tuhan.

Teman sejati adalah satu jiwa dalam dua tubuh !

Terima kasih.



Tikala Baru, 3 Pebruari 2018.

H A N Y A R I N D U

 Sesekali merenung, menggali kenangan tentang masa indah bersama ibu, itu perlu. Tiada yang bisa kita lakukan saat sedang merindukan seoran...